Sabtu, 06 Mei 2017

Makalah tentang Kekeringan

 PENGERTIAN KEKERINGAN

       Kekeringan merupakan salah satu jenis bencana alam yang terjadi secara perlahan (slow onset disaster), berlangsung lama sampai hujan tiba, berdampak sangat luas, dan bersifat lintas sektor (ekonomi, sosial, kesehatan, pendidikan, dan lain-lain).

       Kekeringan merupakan salah satu bencana yang sulit dicegah dan datang berulang. Secara umum pengertian kekeringan adalah ketersediaan air yang jauh di bawah dari kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan. Terjadinya kekeringan di suatu daerah bisa menjadi kendala dalam peningkatan produksi pangan di daerah tersebut. Di Indonesia pada setiap musim kemarau hampir selalu terjadi kekeringan pada tanaman pangan dengan intensitas dan luas daerah yang berbeda tiap tahunnya.

FAKTOR PENYEBAB KEKERINGAN

1. Lapisan Tanah Tipis
    Dengan lapisan tanah yang tipis, air hujan yang terkandung dalam tanah tidak akan bertahan lama. Hal ini dapat terjadi karena air akan lebih cepat mengalami penguapan oleh panas matahari.
2. Air Tanah Dalam
      Air hujan yang jatuh pada saat musim penghujan, akan meresap jauh kedalam lappisan bawah tanah, selain hanya mampu menyimpan air tanah juga tidak mampu menyimpan air dengan jangka waktu yang lebih lama.
3. Tekstur Tanah Kasar
      Tekstur tanah yang kasar, tidak mampu menyimpan air dengan jangka waktu yang lama. Karena air hujan yang turun akan langsung mengalir kedalam, karena tanah tidak mam[pu menahan laju air.
4. Iklim
      Dlam hal ini iklim berkaitan langsung dengan bencana kekeringan. Keadaan alam yang tidak menentu akan berpengaruh terhadap kondisi iklim yang terjadi. Sehingga mengakibatkan perubahan musim.
5. Vegetasi
       Vegetasi juga memppunyai andil terhadap terjadinya kekeringan. Jenis vegetasi tertentu seperti ketela pohon yang menyerap air tanah dengan intensitas yang lebih banyak, tentunya akan menguras kandungan air dalam tanah.
DAMPAK/AKIBAT KEKERINGAN
Akibat Alamiah

a. Kekeringan Meteorologis; berkaitan dengan tingkat curah hujan di bawah Normal dalam satu musim. Pengukuran kekeringan meteorologis merupakan indikasi pertama adanya kekeringan.

b. Kekeringan Hidrologis; berkaitan dengan kekurangan pasokan air permukaan dan air tanah. Kekeringan ini diukur berdasarkan elevasi muka air sungai, waduk, danau, dan elevasi muka air tanah. Terdapat tenggang waktu mulai berkurangnya hujan sampai menurunnya elevasi muka air sungai, waduk, danau, dan elevasi muka air tanah. Kekeringan hidrologis bukan merupakan indikasi awal adanya kekeringan.

c. Kekeringan Pertanian; berhubungan dengan kekurangan lengas tanah (kandungan air dalam tanah), sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman tertentu pada periode waktu tertentu pada wilayah yang luas. Kekeringan pertanian ini terjadi setelah gejala kekeringan meteorologi.

d. Kekeringan Sosial Ekonomi; berkaitan dengan kekeringan yang memberi dampak terhadap kehidupan sosial ekonomi, seperti: rusaknya tanaman, peternakan, perikanan, berkurangnya tenaga listrik dari tenaga air, terganggunya kelancaran transportasi air, dan menurunnya pasokan air baku untuk industri domestik dan perkotaan.

e. Kekeringan Hidrotopografi; berkaitan dengan perubahan tinggi muka air sungai antara musim hujan dan musim kering dan topografi lahan.
Akibat Ulah Manusia

Kekeringan tidak taat aturan terjadi karena:
•    Kebutuhan air lebih besar daripada pasokan yang direncanakan akibat ketidaktaatan pengguna terhadap pola tanam atau pola penggunaan air.
•    Kerusakan kawasan tangkapan air dan sumber-sumber air akibat perbuatan manusia.
.Berdasarkan klasifikasi kekeringan tersebut, maka prioritas penanggulangan bencana kekeringan disesuaikan dengan kemampuan masing-masing daerah. Khusus untuk kekeringan yang disebabkan oleh ketidaktaatan para pengguna air dan pengelola prasarana air, diperlukan komitmen dari semua pihak untuk melaksanakan kesepakatan yang sudah ditetapkan. Kepada masyarakat perlu dilakukan sosialisasi yang lebih intensif, sehingga memahami dan melaksanakan pola pengguna air sesuai peraturan/ketetapan.

Kekeringan di Indonesia biasanya terjadi di wilayah pertanian tadah hujan, wilayah irigasi golongan, wilayah gardu liar dan juga titik endemic kekeringan. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan sebagai upaya untuk menanggulangi kekeringan di Indonesia, antara lain:
  1. Memperbaharui paradigma petani terkait kebiasaan memaksakan penanaman padi di musim kemarau.
  2. Membangun atau merehabilitasi jaringan sistem irigasi
  3. Membangung serta memelihara wilayah konservasi lahan juga wilayah resapan air.
  4. Mengaplikasikan juga memperhatikan lebih cermat peta rawa yang mengalami kekeringan.
  5. Menciptakan kalender tanam.
  6. Pemerintah menyediakan informasi perubahan iklim yang lebih akurat.
  7. dan lain-lain.
Ekonomi :
  • Kerugian-kerugian produksi tanaman pangan, susu, ternak, kayu, dan perikanan.
  • Kerugian pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional
  • Kerugian pendapatan petani dan lain-lain yang terkena secara langsung
  • Kerugian-kerugian dari bisnis turisme dan rekreasi
  • Kerugian pembangkit listrik tenaga air dan meningkatkan biaya-biaya energy
  • Kerugian-kerugian yang terkait dengan produksi pertanian
  • Menurunya produksi pangan dan meningkatnya harga-harga pangan
  • Pengangguran sebagai akibat menurunnya produksi yang terkait dengan kekeringan
  • Kerugian-kerugian pendapatan pemerintah dan meningkatnya kejenuhan pada lembaga-lembaga keuangan
Lingkungan :
  • Kerusakan terhadap habitat spesies ikan dan binatang
  • Erosi-erosi angin dan air terhadap tanah
  • Kerusakan spesies tanaman
  • Pengaruh-pengaruh terhadap kualitas air (salinisasi)
  • Pengaruh-pengaruh terhadap kualitas udara (debu, polutan, berkurangnya daya pandang)
Sosial:
  • Pengaruh-pengaruh kekurangan pangan ( kekurangan gizi, kelaparan)
  • Hilangnya nyawa manusia karena kekurangan pangan atau kondisi-kondisi yang terkait dengan kekeringan
  • Konflik di antara penggunan air
  • Masalah kesehatan karena menurunnya pasokan air
  • Ketidakadilan dalam distribusi akibat dampak-dampak kekeringan dan bantuan pemulihan
  • Menurunnya kondisi-kondisi kehidupan di daerah pedesaan
  • Meningkatnya kemiskinan, berkurangnya kualitas hidup
  • Kekacauan social, perselisihan sipil
  • Migrasi penduduk untuk mendapatkan pekerjaan atau bantuan pemulihan

Solusi Kekeringan

pertama, pembuatan embung.
Sebagai penampung air hujan, embung dapat menjadi penyedia air pada saat musim kemarau tiba, terutama di awal musim kemarau. Keberadaan embung dapat menyelamatkan tanaman yang ”terjebak” oleh datangnya musim kemarau. Ketersediaan air dalam embung tergantung dari kapasitas embung itu sendiri. Dengan kata lain, semakin besar kapasitas embung, semakin lama air yang tersedia dan semakin banyak lahan yang bisa diairi.

Kedua, memperbaiki saluran dan sarana irigasi.
Dewasa ini banyak sekali saluran irigasi yang kondisinya sudah rusak, temboknya retak-retak, dan lain-lain. Kondisi seperti ini akan memperbanyak kebocoran air di perjalanan. Sebab, air akan banyak meresap dan terbuang ke dalam tanah sehingga semakin ke hilir debit airnya makin berkurang. Karena itu, perbaikan saluran yang rusak dapat mempertahankan debit air dari hulu hingga ke tempat tujuan, hilir.

Ketiga, mengatasi waduk dari pendangkalan.
Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam pemeliharaan waduk adalah terjadinya pendangkalan. Pada tahap selanjutnya, pendangkalan dapat mengurangi kapasitas waduk dalam manampung volume air sehingga pada musim kemarau waduk cepat mengering. Salah satu penyebab pendangkalan adalah adanya sedimentasi butiran tanah yang di bawa oleh aliran sungai dari daerah hulu akibat rusaknya ekosistem hulu.

Keempat, melakukan penghijauan dan mengurangi konversi lahan di daerah hulu.
Berkaitan dengan pendangkalan waduk, penghijauan dapat mengurangi terjadinya sedimentasi. Tanaman yang ditanam pada lahan-lahan kosong dapat  menjaga / mengikat butiran tanah saat terjadi hujan. Tanaman yang rapat juga dapat meningkatkan kemampuan tanah dalam menyerap air hujan, mengurangi aliran permukaan dan penguapan sehingga air tanah akan tersedia lebih lama. Dengan demikian, pasokan air untuk waduk tetap kontinyu dengan fluktuasi debit yang relatif kecil.
Sebaliknya, konversi lahan di derah hulu dapat mengurangi kemampuan lahan dalam menyerap air hujan. Akibatnya, pada saat musim hujan, air akan lebih banyak dialirkan melalui permukaan dan pada saat musim kemarau air cepat mengering sehingga pasokan air ke waduk tidak kontinyu.


Peringatan dini oleh instansi pemerintah (nasional dan daerah) sangat penting dilakukan. Adanya peringatan dini dapat memberikan pertimbangan dan informasi bagi para petani kapan harus menanam dan kapan tidak boleh menanam, sehingga tanamannya tetap aman dan tidak terjebak oleh musim kemarau.Keenam, memberikan bantuan pompa air. Pada beberapa daerah, para petani memiliki ketergantungan yang sangat tinggi terhadap pompa air. Pompa air sangat dibutuhkan pada saat pengadaan air dari irigasi tidak ada atau tidak mencukupi. Pada saat itu, salah satu upaya para petani dalam mengatasi kelangkaan air ini adalah dengan memompa air dari sungai-sungai atau sumber air sekitar. Karena itu, bantuan pengadaan pompa dari pemerintah dapat menjadi salah satu solusi dalam menghadapi kekurangan air. Masalahnya, bahan bakar yang bisa menghidupkan mesin ini harganya telah melangit. Ketujuh, mengintensipkan pembuatan kincir air. Pada beberapa tempat di Indonesi, pembuatan kincir air pada aliran sungai sudah dilakukan guna mengatasi kekurangan air bagi lahan pertanian. Pembuatan kincir ini hendaknya disosialisasikan oleh pemerintah kepada daerah lain yang memiliki aliran sungai, tapi belum membuatnya. Meski pengadaan bahan bakunya murah dan mudah didapat, pembuatan kincir ini sering mendapat kendala, yakni mengeringnya sungai. Karena itu, penghijauan di daerah hulu merupakan hal yang sangat penting dilakukan dalam mengatasi kekurangan air akibat kekeringan.

Sumber : Sebagian besar saya ambil dari internet. Mohon maaf buat yang punya artikel karena gk nyantumin linknya. Karena saya dah lupa darimana aslinya. T-T

LAPORAN PRAKTIK KE-7   Unified Modelling Language (UML) Disusun oleh : Hanif Satriya                                ...